Surat
Al-Ikhlas
“Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
-------
Surah
ini mempunyai banyak nama, yang paling mahsyur adalah al-Ikhlas karena ini
berbicara tentang tauhid murni hanya kepada Allah yang menyucikan-Nya dari
segala kekurangan dan membebaskan-Nya dari segala kesyirikan. Surah ini berisi
rukun-rukun akidah dan syari’at Islam yang paling penting, yaitu menauhidkan
dan menyucikan Allah serta mensifati Allah dengan sifat-sifat sempurna dan
menafikan sekutu bagi-Nya.[1]
Surat ini setara dengan sepertiga Al-Qur’an, tetapi tidak menggantikan
sepertiga Al-Qur’an.[2]
Menurut mayoritas ulama, surah ini Makkiyyah. Ia turun sebagai jawaban atas
pertanyaan sementara kaum musyrikin yang ingin mengetahui bagaimana Tuhan yang
disembah oleh Nabi Muhammad saw. Ini karena mereka menyangka bahwa Tuhan Yang
Maha Esa itu sama dengan berhala-berhala mereka.[3]
1.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Firman Allah Ta’ala: “katakanlah” yakni katakanlah dengan perkataan yang pasti, dengan keyakinan
yang mantap dan dengan mengetahui maknanya.[4] Muhammad
Abduh dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Juz ‘Amma) menyebutkan kata qèdö@è% mengandung makna bahwa informasi yang disampaikan itu kebenaran yang sudah
pasti didukung oleh bukti rasional yang tidak ada sedikit pun keraguan padanya.
Dengan kata lain, keberadaaan Dzat Allah yang Esa itu merupakan suatu aksioma
(suatu kebenaran yang tidak perlu pembuktian). Ayat ini menegaskan bahwa konsep
ketuhanan dalam Islam sangat konsisten, mudah dicerna oleh siapa pun, dan
sangat rasional. Allah swt. itu satu dalam dzat-Nya.[5]
Pengakuan atas Kesatuan, Keesaan, Tunggal-Nya Tuhan, dan nama-Nya ialah
Allah. Inilah kepercayaan yang dinamai tauhid. Berarti menyusun pikiran yang
suci murni, tulus ikhlas, bahwa tidak mungkin Allah itu lebih dari satu. Sebab
pusat kepercayaan dalam pertimbangan akal
yang sehat dan berpikir teratur, hanya sampai kepada satu.[6] Abu
Sulaiman Al-Khattabi berkata bahwa kata ymr& adalah sendiri dalam makna dan tidak ada yang menyamainya. [7]
Boleh jadi, maksud ayat pertama ini adalah sebegai perintah dan
pengingat bagi mereka yang percaya kepada Allah untuk mengatakan bahwa Allah
itu adalah satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa sehingga dengan demikian ia akan
menjalankan apa yang diperintahkan serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah.
2.
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu”. Ibnu Mas’ud
mengartikan kata yJ¢Á9$# yang bergantung kepada-Nya dalam setiap
kebutuhan.[8] Allah
swt tidak tergantung kepada person atau benda, tetapi semua person dan benda
tergantung kepada Dia. Dia dekat kepada manusia; Dia memelihara manusia;
keberadaan manusia karena Dia.[9] Pendapat
Ibnu Katsir mengenai ayat kedua ini ialah yang bergantung kepada-Nya semua
makhluk dalam kebutuhan dan sarana mereka. Sedangkan dalam Tafsir Al-Jalalain
disebutkan bahwa Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
untuk selama-lamanya.
3.
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”
karena Dia Azza wa Jalla adalah Yang paling mula, Yang tidak ada sesuatu apa
pun sebelum-Nya, maka bagaimana bisa diperanakan?[10] dan
menurut Tafsir Jalalain karena mustahil hal ini terjadi bagi-Nya. Mustahil Dia
beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk bernyawa yang menghendaki
keturunan yang akan melanjutkan hidupnya. Oleh sebab itu maka Allah swt
mustahil memerlukan anak.[11]
Ini juga berarti Allah tidak membutuhkan sesuatu secara mutlak.[12]
4.
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia." Dengan kata lain Dia tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia baik
dalam nama-namaNya, sifat-sifat-sifatNya maupun dalam perbuatan-perbuatanNya.[13]
Tidak ada yang sebanding dan setara dengan Dia, baik dalam hakikat wujudnya
maupun dalam hakikat efektivitasnya. Ini juga merupakan aktualisasi Dia adalah
“Ahad, Maha Esa”.[14]
Artinya, bukan hanya dari segi beranak dan diperanakannya, tetapi Allah itu
berbeda dengan makhluk dalam segala dimensinya.[15]
Wa Allah a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar