Tafsir al-Hikmah
Surat Al-Adiyat (100): 1-11
بِسْمِ اللَّـهِ
الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ﴿١﴾ فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ﴿٢﴾ فَالْمُغِيرَاتِ
صُبْحًا ﴿٣﴾ فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ﴿٤﴾ فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ﴿٥﴾
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾ وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ
لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾ أَفَلَا يَعْلَمُ
إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ﴿٩﴾وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ﴿١٠﴾
إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ ﴿﴾
Source: http://muslimfiqih.blogspot.co.id/2016/11/teks-bacaan-surat-al-adiyat-arab-latin-terjemahan.html
Source: http://muslimfiqih.blogspot.co.id/2016/11/teks-bacaan-surat-al-adiyat-arab-latin-terjemahan.html
بِسْمِ اللَّـهِ
الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ﴿١﴾ فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ﴿٢﴾ فَالْمُغِيرَاتِ
صُبْحًا ﴿٣﴾ فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ﴿٤﴾ فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ﴿٥﴾
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾ وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ
لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾ أَفَلَا يَعْلَمُ
إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ﴿٩﴾وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ﴿١٠﴾
إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ ﴿﴾
Source: http://muslimfiqih.blogspot.co.id/2016/11/teks-bacaan-surat-al-adiyat-arab-latin-terjemahan
Source: http://muslimfiqih.blogspot.co.id/2016/11/teks-bacaan-surat-al-adiyat-arab-latin-terjemahan
“Demi kuda
perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, Dan kuda yang mencetuskan
api dengan pukulan (kuku kakinya), Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di
waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu, Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan
musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada
Tuhannya, Dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Dan
Sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia
tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, Dan dilahirkan
apa yang ada di dalam dada. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha
mengetahui Keadaan mereka.”
______________
1. Allah
bersumpah dengan kuda perang, boleh jadi memiliki maksud sarana yang membawa
kita pada suatu peristiwa atau kejadian adalah hal yang penting dan harus
diperhatikan. Dalam peperangan, kuda dijadikan alat transportasi dan juga
sebagai alat perang, yang pada masa sekarang sudah berubah menjadi tank-tank,
kapal perang yang canggih, pesawat tempur super cepat dan sebagainya.
2. “Dan
kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)” ini adalah tanda bahwa setiap
sesuatu pasti menimbulkan jejak. Peperangan terhadap kemungkaran -baik kepada
musuh maupun melawan nafsu- akan meninggalkan dampak yang luar biasa. Jika mampu
mengalahkan musuh atau nafsu, maka kita akan memperoleh kebaikan yang banyak. Sedangkan
jika kita lengah, tentu kesusahanlah yang akan dirasa. Percikan api pada
ayat ini juga berarti simbol akan hadirnya cahaya yang lebih terang setelah
mengalahkan musuh atau nafsu. Cahaya yang diharapkan adalah cahaya cinta Allah
pancarkan kepada hamba-Nya yang terus berusaha menuju Allah SWT.
3. “Dan
kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi” melakukan penyerangan kepada musuh
atau nafsu pada saat ia lengah adalah salah satu strategi yang diharapkan mampu
membuahkan hasil yang terbaik, yakni kemenangan. Ketika seseorang tengah
lengah, maka ia tidak akan mampu mempersiapkan segala sesuatu dengan baik, bisa
jadi ia justru memperburuk keadaan karena kejadian yang datang secara
tiba-tiba.
4. “Maka
ia menerbangkan debu” debu
adalah sesuatu yang dapat menghalangi pandangan mata. Ini juga adalah gambaran
ketika penyerangan atau ikhtiar dilakukan akan menimbulkan kumpulan debu yang
berterbangan sebagai lukisan sulit dan kerasnya medan pertempuran atau ikhtiar
yang dilakukan seseorang untuk menuju suatu kebaikan.
5. “Dan
menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh” ketika musuh dan atau nafsu sudah terdeteksi pada suatu tempat,
maka akan lebih mudah melawannya. Musuh atau nafsu yang menyebar sangat sulit
terasa hingga bisa saja ia bersembunyi dan dapat menyerang kapan pun secara
tiba-tiba. Melawan kemungkaran harus dilakukan secara total pada pusatnya agar
kemenangan dapat diraih.
6. “Sesungguhnya
manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya” yang biasanya diingkari atau
dilupakan oleh manusia adalah bahwa segala yang dimilikinya adalah nikmat dari
Allah SWT. Ini terjadi dikarenakan kelalian dari mengingat Allah dan kurangnya
bersyukur atas apa yang sudah ia terima. Bisa jadi pengingkaran itu terhadap
kebenaran, suatu kebaikan yang pada akhirnya berujung kepada Tuhan.
7. “Dan
Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya” boleh jadi, orang yang mengingkari
kebenaran dan nikmat dari Allah merasakan apa yang ia kerjakan dan mengakuinya.
Hanya saja ia tetap melakukannya karena hatinya telah tertutupi oleh nafsu. Atau,
orang-orang yang beriman dan melaksanakan amal soleh menyaksikan adanya
pengingkaran akan nikmat Allah oleh orang-orang zalim, yang tidak mau bersyukur
dan mengakui apa yang ia peroleh adalah atas izin Allah semata.
8. “Dan
Sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta” orang-orang yang tak pandai
bersyukur dengan nikmat yang diperoleh dengan memanfaatkan apa yang dimilikinya
untuk kebaikan akan selalu ingin menggenggam apa yang ia miliki. Ia akan sulit
membagi apa yang ia cintai, terlebih pada harta yang mungkin ia anggap mempu
memudahkan segala urusan dan menyenangkan dirinya. Padahal cinta adalah
kebaikan yang harus disebarluaskan, dijadikan rahmah atau kasih sayang untuk sesama.
9. “Maka
apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur” ini adalah tahap awal proses di
akhirat. Semua yang ada di dalam kubur, akan dibangkitkan untuk dimintai
pertanggung jawabannya. Termasuk harta yang ia cintai tadi yang menyebabkannya
menjadi kikir dan ingkar atas nikmat apa yang telah Allah berikan. Boleh jadi,
dengan ayat ini Allah ingin mengingatkan kita agar ketika semasa hidup dapat
berlaku adil, baik dalam membelanjakan harta, mencintai apa yang dimiliki serta
mewujudkan keseimbangan kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
10.
“Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada” segala yang tersimpan dalam hati,
baik rasa syukur ataupun ingkar akan kebenaran dan nikmat yang telah Allah
berikan akan nampak pada hari kiamat kelak setelah seluruh manusia dibangkitkan
dari kubur.
11.
“Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui Keadaan
mereka.” Allah
mengetahui keadaan seluruh makhluk-Nya setiap saat. Adanya penekanan pada ayat
ini bahwa Allah Maha Mengetahui Keadaan makhluk-Nya adalah sebagai tanda begitu
pentingnya hari pembalasan untuk direnungkan. Wa Allah a’lam.