Kamis, 01 Juni 2017

Surat Al-Adiyat (100): 1-11



Tafsir al-Hikmah
Surat Al-Adiyat (100): 1-11

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ﴿١﴾ فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ﴿٢﴾ فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا ﴿٣﴾ فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ﴿٤﴾ فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ﴿٥﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾ وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ﴿٩﴾وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ﴿١٠﴾ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ ﴿﴾

Source: http://muslimfiqih.blogspot.co.id/2016/11/teks-bacaan-surat-al-adiyat-arab-latin-terjemahan.html

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ﴿١﴾ فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ﴿٢﴾ فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا ﴿٣﴾ فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ﴿٤﴾ فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ﴿٥﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾ وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ﴿٩﴾وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ﴿١٠﴾ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ ﴿﴾

Source: http://muslimfiqih.blogspot.co.id/2016/11/teks-bacaan-surat-al-adiyat-arab-latin-terjemahan
“Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu, Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Dan Sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka.”
______________
1.    Allah bersumpah dengan kuda perang, boleh jadi memiliki maksud sarana yang membawa kita pada suatu peristiwa atau kejadian adalah hal yang penting dan harus diperhatikan. Dalam peperangan, kuda dijadikan alat transportasi dan juga sebagai alat perang, yang pada masa sekarang sudah berubah menjadi tank-tank, kapal perang yang canggih, pesawat tempur super cepat dan sebagainya.
2.    “Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya)” ini adalah tanda bahwa setiap sesuatu pasti menimbulkan jejak. Peperangan terhadap kemungkaran -baik kepada musuh maupun melawan nafsu- akan meninggalkan dampak yang luar biasa. Jika mampu mengalahkan musuh atau nafsu, maka kita akan memperoleh kebaikan yang banyak. Sedangkan jika kita lengah, tentu kesusahanlah yang akan dirasa. Percikan api pada ayat ini juga berarti simbol akan hadirnya cahaya yang lebih terang setelah mengalahkan musuh atau nafsu. Cahaya yang diharapkan adalah cahaya cinta Allah pancarkan kepada hamba-Nya yang terus berusaha menuju Allah SWT.
3.    “Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi” melakukan penyerangan kepada musuh atau nafsu pada saat ia lengah adalah salah satu strategi yang diharapkan mampu membuahkan hasil yang terbaik, yakni kemenangan. Ketika seseorang tengah lengah, maka ia tidak akan mampu mempersiapkan segala sesuatu dengan baik, bisa jadi ia justru memperburuk keadaan karena kejadian yang datang secara tiba-tiba.
4.    “Maka ia menerbangkan debu” debu adalah sesuatu yang dapat menghalangi pandangan mata. Ini juga adalah gambaran ketika penyerangan atau ikhtiar dilakukan akan menimbulkan kumpulan debu yang berterbangan sebagai lukisan sulit dan kerasnya medan pertempuran atau ikhtiar yang dilakukan seseorang untuk menuju suatu kebaikan.
5.    “Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh” ketika musuh dan atau nafsu sudah terdeteksi pada suatu tempat, maka akan lebih mudah melawannya. Musuh atau nafsu yang menyebar sangat sulit terasa hingga bisa saja ia bersembunyi dan dapat menyerang kapan pun secara tiba-tiba. Melawan kemungkaran harus dilakukan secara total pada pusatnya agar kemenangan dapat diraih.
6.    “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya” yang biasanya diingkari atau dilupakan oleh manusia adalah bahwa segala yang dimilikinya adalah nikmat dari Allah SWT. Ini terjadi dikarenakan kelalian dari mengingat Allah dan kurangnya bersyukur atas apa yang sudah ia terima. Bisa jadi pengingkaran itu terhadap kebenaran, suatu kebaikan yang pada akhirnya berujung kepada Tuhan.
7.    “Dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya” boleh jadi, orang yang mengingkari kebenaran dan nikmat dari Allah merasakan apa yang ia kerjakan dan mengakuinya. Hanya saja ia tetap melakukannya karena hatinya telah tertutupi oleh nafsu. Atau, orang-orang yang beriman dan melaksanakan amal soleh menyaksikan adanya pengingkaran akan nikmat Allah oleh orang-orang zalim, yang tidak mau bersyukur dan mengakui apa yang ia peroleh adalah atas izin Allah semata.
8.    “Dan Sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta” orang-orang yang tak pandai bersyukur dengan nikmat yang diperoleh dengan memanfaatkan apa yang dimilikinya untuk kebaikan akan selalu ingin menggenggam apa yang ia miliki. Ia akan sulit membagi apa yang ia cintai, terlebih pada harta yang mungkin ia anggap mempu memudahkan segala urusan dan menyenangkan dirinya. Padahal cinta adalah kebaikan yang harus disebarluaskan, dijadikan rahmah atau kasih sayang untuk sesama.
9.    “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur” ini adalah tahap awal proses di akhirat. Semua yang ada di dalam kubur, akan dibangkitkan untuk dimintai pertanggung jawabannya. Termasuk harta yang ia cintai tadi yang menyebabkannya menjadi kikir dan ingkar atas nikmat apa yang telah Allah berikan. Boleh jadi, dengan ayat ini Allah ingin mengingatkan kita agar ketika semasa hidup dapat berlaku adil, baik dalam membelanjakan harta, mencintai apa yang dimiliki serta mewujudkan keseimbangan kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
10.    “Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada” segala yang tersimpan dalam hati, baik rasa syukur ataupun ingkar akan kebenaran dan nikmat yang telah Allah berikan akan nampak pada hari kiamat kelak setelah seluruh manusia dibangkitkan dari kubur.
11.    “Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui Keadaan mereka.” Allah mengetahui keadaan seluruh makhluk-Nya setiap saat. Adanya penekanan pada ayat ini bahwa Allah Maha Mengetahui Keadaan makhluk-Nya adalah sebagai tanda begitu pentingnya hari pembalasan untuk direnungkan. Wa Allah a’lam.

Surat Al-Kahfi (18):109



Tafsir al-Hikmah
Surat Al-Kahfi (18):109

 قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
 
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
______________

Boleh jadi, ini adalah dalil dalam menggali makna Al-Qur’an. Dari berbagai kitab tafsir yang ada, kita akan mengetahui begitu banyak penjelasan yang terkandung dalam Al-Qur’an meskipun hanya pada satu ayat. Ayat ini juga mengajak kita untuk mendalami lautan mutiara hikmah yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Wa Allah a’lam.