Tafsir
al-Hikmah
Surat Al- 'Ashr
“Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
_______
Allah bersumpah dengan masa, karena ia
mengandung keajaiban Kuasa Allah yang menunjukkan keagunganNya, bahwa menusia
benar-benar berada dalam kebinasaaan dan kerugian.[1] Allah telah bersumpah
dengan masa, yakni waku malam dan siang, yang merupakan ladang bagi hamba untuk
berbuat dan beramal.[2] Masa seluruhnya ini, waktu-waktu yang kita lalui dalam
hidup kita, zaman demi zaman, masa demi masa.[3] Setiap manusia berada dalam
kerugian. Kerugian adalah lawan dari keberuntungan. Kerugian memiliki beberapa tingkatan.
Ada bentuk kerugian mutlak, seperti kondisi seseorang merugi dunia dan akhirat.
Ia kehilangan kenikmatan dunia dan akan mendapatkan adzab di neraka jahannam. Ada
pula bentuk kerugian pada satu sisi saja.[4]
Surah ini mengajarkan kita untuk mencari
hikmah dari segala sesuatu yang hadir disetiap waktu. Sebab, tiada yang
memahami hakikat apa itu waktu atau masa sesungguhnya. Waktu merupakan kontinum
satu dimensi yang mengalir satu arah ke masa depan.[5] Cara mencari hikmah
melalui ayat ini adalah dengan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Dalam menegakkan kebenaran kita dituntut untuk bersabar. Karena, bisa jadi,
dalam menegakkan kebenaran tersebut kita mendapat rintangan. Begitu juga ketika
kita bersabar. Karena sabar akan membawa pada kebenaran.
Sabar itu terbagi ke dalam 3 pembagian. Pertama, sabar dalam menjalankan
perintah dan ketaatan sehingga seseorang mampu menunaikannya. Kedua, sabar dalam menahan diri untuk
tidak melakukan apa yang dilarang dan tidak melakukan perbuatan yang menyimpang
sehingga seseorang tidak melaksanakannya. Ketiga,
sabar terhadap takdir dan ketetapan-Nya sehingga ia tidak membencinya.
Selain saling menasehati yang artinya ada dua pihak, mendengar nasihat dari
diri sendiri juga adalah hal yang utama. Hal ini dikarenakan hanya kita sendiri
yang mengetahui apa yang sedang kita hadapi dan rasakan. Kemudian hal penting
lainnya adalah apa saja yang sudah kita perbuat disetiap waktu. Apakah itu
bermula dari nasihat atau nafsu atau apakah itu bermanfaat atau justeru mendatangkan
mudarat.
Wa Allah a’lam.
[1] Hikmat Basyir, Hazim
Haidar, Mushthafa Muslim, Abdul Aziz Isma’il, Tafsir Muyassar Jilid 2 (Jakarta: Darul Haq, 2016), h. 952
[2] Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Tafsir Juz ‘Amma (Sukoharjo:
Al-Qowam, 2016), h.174
[3] HAMKA, Tafsir Al-Azhar Juz ‘Amma (Jakarta: Gema
Insani, 2015), h. 285
[4] Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Op.Cit. h.174
[5] Husain Heriyanto, Paradigma Holistik (Jakarta: TERAJU,
2003), h. 42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar